INGAT DAN LUPA DALAM TRANSFER ILMU
1. Pengertian Ingatan
Pribadi manusia beserta aktivitas-aktivitasnya tidak semata-mata ditentukan oleh pengaruh dan proses-proses yang berlangsung waktu kini, tetapi juga oleh pengaruh-pengaruh dan proses-proses di masa lampau yang ikut menentukan. Pribadi berkembang di dalam suatu sejarah di mana hal yang lampau dalam cara tertentu selalu ada dan dapat diaktifkan kembali.
Secara teori dapat kita bedakan adanya tiga aspek dalam berfungsinya ingatan itu , yaitu:
a. Mencamkan, yaitu menerima kesan-kesan.
b. Menyimpan kesan-kesan.
c. Mereproduksi kesan-kesan.
Atas dasar inilah, maka biasanya ingatan didefinisikan sebagai kecakapan untuk menerima, menyimpan, dan mereproduksi kesan-kesan. Pensifatan yang diberikan kepada ingatan juga lalu diberikan kepada masing-masing aspek itu. Ingatan yang baik mempunyai sifat-sifat: cepat atau mudah mencamkan, setia, teguh, luas dalam menyimpan, dan siap atau sedia dalam mereproduksi kesan-kesan.
Ingatan cepat artinya mudah dalam mencamkan sesuatu hal tanpa menemui kesulitan. Ingatan setia artinya apa yang telah diterima (dicamkan) itu akan disimpan sebaik-baiknya, tak akan berubah-ubah, jadi tetap cocok dengan keadaan waktu menerimanya. Ingatan teguh artinya dapat menyimpan kesan dalam waktu yang lama dan tidak mudah lupa. Ingatan luas artinya dapat menyimpan banyak kesan-kesan. Ingatan siap artinya mudah dapat mereproduksi kesan yang telah disimpannya.
Di samping itu, daya ingat pun merupakan perwujudan belajar, sebab merupakan unsur pokok dalam berpikir asosiatif. Jadi, siswa yang telah mengalami proses belajar akan ditandai dengan bertambahnya simpanan materi (pengetahuan dan pengertian) dalam memori, serta meningkatkan kemampuan menghubungkan materi tersebut dengan situasi atau stimulus yang sedang ia hadapi.
Dari hasil penyelidikan psikologi dapat kita ketahui, bahwa ingatan pada anak-anak di bawah umur 10 tahun pada umumnya masih bercampur dan dikuasai oleh fantasinya. Ingatan anak (terutama ingatan mekanis) berkembang dengan baik di antara umur 10-14 tahun. Di atas umur 14 tahun kekuatan menerima pelajaran masih selalu bertambah, tetapi kekuatan mengingat-ingat makin berkurang (terutama ingatan mekanisnya). Pada anak pubertas dana pada orang dewasa, ingatan mekanis berangsur-angsur menjadi kurang kekuatannya dan makin berubah menjadi ingatan logis (ingatan yang berdasarkan pengertian).
2. Mencamkan
Bila kita mempelajari sesuatu yang baru, pengetahuan ini menambah jumlah dan kompleksitas jaringan kerja saraf otak. Akibatnya, kekuatan atau daya otak meningkat.
Menurut terjadinya, mencamkan itu dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a. mencamkan yang sekehendak
b. mencamkan yang tidak sekehendak
Aktivitas mencamkan dengan sengaja ini biasanya kita sebut menghafal. Adapun beberapa hal yang bisa membantu menghafal atau mencamkan itu seperti hasil penelitian dan eksperimen sebagai berikut.
a. Menyuarakan. Pencaman bahan akan lebih berhasil apabila orang tidak saja membaca bahan pelajaran, tetapi juga menyuarakannya dan mengulang-ulangnya.
b. Pembagian waktu belajar yang tepat. Belajar secara borongan, yaitu sekaligus banyak dan dalam jangka waktu yang lama umumnya kurang menguntungkan.
c. Penggunaan metode belajar yang tepat mempertinggi pencaman. Dalam hubungan ini kita mengenal adanya tiga macam metode belajar, yaitu:
(1) Metode keseluruhan atau metode G (Ganzlern-methode), yaitu metode menghafal dengan mengulang berkali-kali dari permulaan samapi akhir.
(2) Metode bagian atau metode T (Teillern-methode), yaitu menghafal sebagian demi sebagian. Masing-masing bagian itu dihafal.
(3) Metode campuran atau metode V (Vermittelendern-methode), yaitu menghafal bagian-bagian yang sukar dahulu, selanjutnya dipelajari dengan keseluruhan.
Selain ketiga hal tersebut, masih ada faktor-faktor yang menambah atau mempertinggi pencaman itu , yaitu:
a. Mneumotechnik atau titian ingatan, yaitu dengan akal dicari jalan supaya bahan yang dihafal mudah dicamkan. Misalnya, untuk menghafal nada-nada pada tanda silang (cross) dipakai cara: g (udeg) d (jogja) a (mat) e (nak) b (anyak) f (itamin) c. Dengan cara ini maka orang akan lebih mudah menghafal urut-urutan nada g, d, a, e, b, fis, cis.
b. Penggolongan secara rythmis. Tembang macapat itu kira-kira merupakan ilustrasi yang sangat baik untuk menjelaskan ini.
c. Penggolongan kesatuan dalam ruang (secara ruang). Prinsip inilah yang mendasari penggunaan bagan-bagan ikhtisar-ikhtisar, tabel-tabel, dan lain-lain usaha yang sejenis dengan itu.
d. Penggolongan menjadi kumpulan-kumpulan yang berarti. Misalnya kalau kita harus menghafal deretan angka-angka 4 3 1 7 8 4 5 7 4, maka digolongkan menjadi 43/ 17 8 45/ 74. (17 8 45 adalah hari kemerdekaan Indonesia).
Secara umum dapat dikatakan bahwa pencaman itu diperkuat oleh faktor struktur bahan yang dicamkan dan sikap batin orang mengenai bahan itu.
3. Mengingat dan Lupa dalam Belajar
Dari pengalaman sehari-hari, kita memiliki kesan seakan-akan apa-apa yang kita alami dan kita pelajari tidak seluruhnya tersimpan dalam akal kita. Padahal menurut teori kognitif apapun, yang kita alami dan kita pelajari, kalau memang sistem akal kita mengolahnya dengan cara yang memadai, semuanya akan tersimpan dalam subsistem akal permanen kita.
Akan tetapi, kenyataan yang kita alami terasa bertolak belakang dengan teori itu. Seringkali, apa yang telah kita pelajari dengan tekun justru sukar diingat kembali dan mudah terlupakan. Sebaliknya, tidak sedikit pengalaman dan pelajaran yang kita tekuni sepintas, ternyata mudah melekat dalam ingatan.
Lupa (forgetting) ialah hilangnya kemampuan untuk menyebut atau memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari. Secara sederhana, Gulo (1982) dan Reber (1988) mendefinisikan lupa sebagai ketidak mampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau dialami. Dengan demikian, lupa bukanlah peristiwa hilangnya item informasi dan pengetahuan dari akal kita.
Mengingat dan lupa biasanya ditunjukkan dengan satu pengertian saja, yaitu retensi, karena memang sebenarnya kedua hal tersebut hanyalah memandang hal yang satu dan sama dari segi yang berlainan. Hal yang diingat adalah hal yang tidak dilupakan, dan hal yang dilupakan adalah hal yang tidak diingat (tidak dapat diingat kembali).
Dipelopori oleh Herman Ebbinghaus, sejumlah ahli-ahli psikologi telah mengadakan penelitian secara mendalam mengenai masalah ini. Hasil-hasil penelitian mengenai hal ini biasanya digambarkan secara grafis dalam kurva retensi (kurva ingat, kurva lupa). Dari kurva tersebut, ternyata setelah kita selesai mencamkan, banyak sekali hal-hal yang kita lupakan, tetapi lebih kemudian yang kita lupakan lagi makin lama makin sedikit. Bagaimana kiranya kalau setelah selang beberapa waktu orang berusaha mencamkan lagi? Eksperimen mengenai ini juga telah dilakukan oleh Ebbinghaus. Hasil eksperimen itu memberi kesimpulan bahwa bahan yang ingin kita ingat dengan baik, haruslah terus-menerus kita ulangi, dan untuk keperluan ini tentu saja kita harus membagi-bagi waktu belajar secara baik.
Selanjutnya dalam hubungan dengan soal mencamkan ini perlu dikemukakan satu soal lagi yang kiranya sangat penting kedudukannya, yaitu interferensi. Adapun yang dimaksud dengan interferensi itu adalah menjadi lebih sukarnya belajar yang disebabkan oleh hambatan bahan-bahan yang telah dipelajari lebih dulu. Interferensi yang demikian itu disebut juga interferensi asosiatif.
4. Reproduksi
Reproduksi adalah pengaktifan kembali hal-hal yang telah dicamkan. Dalam reproduksi ada dua bentuk , yaitu:
a. mengingat kembali (recall)
b. mengenal kembali (recognition)
Adapun perbedaan antara mengingat kembali dan mengenal kembali adalah sebagai berikut.
a. Pada mengingat kembali tak ada objek yang dapat dipakai sebagai tumpuan atau pegangan dalam melakukan reproduksi itu, misalnya kehilangan sepeda lalu ditanya ciri-cirinya, bagaimana ciri-ciri sepeda yang hilang itu. Di sini tanpa pertolongan berusaha untuk diingat kembali.
b. Pada mengenal kembali ada sesuatu yang dapat dipakai sebagai tumpuan dalam melakukan reproduksi itu sebagai objek untuk mencocokkan, misalnya kehilangan sepeda, lalu diperlihatkan sebuah sepeda dan ditanya apakah itu sepeda yang hilang, untuk ini kita mencocokkan kesan yang telah tersimpan dalam jiwa kita dengan benda yang diamati.
5. Faktor-faktor Penyebab Lupa
a. Lupa dapat terjadi karena gangguan konflik antara item-item informasi atau materi yang ada dalam sistem memori siswa. Dalam interference theory (teori mengenai gangguan), gangguan konflik ini terbagi menjadi dua macam, yaitu proactive interference dan retroactive interference. Seorang siswa akan mengalami gangguan proaktif apabila materi pelajaran lama yang sudah tersimpan dalam subsistem akal permanennya mengganggu masuknya materi pelajaran baru. Peristiwa ini bisa terjadi apabila siswa tersebut mempelajari sebuah materi pelajaran yang sangat mirip dengan materi pelajaran yang telah dikuasainya dengan tenggang waktu yang pendek. Dalam hal ini, materi yang baru saja dipelajari akan sangat sulit diingat atau diproduksi kembali. Sebaliknya, seorang siswa akan mengalami gangguan retroaktif apabila materi pelajaran baru membawa konflik dan gangguan terhadap pemanggilan kembali materi pelajaran lama yang telah lebih dahulu tersimpan dalam subsistem akal permanen siswa tersebut. Dalam hal ini, materi pelajaran lama akan sulit diingat atau diproduksi kembali. Dengan kata lain, siswa tersebut lupa akan materi pelajaran lama itu.
b. Lupa dapat terjadi pada seorang siswa karena adanya tekanan terhadap item yang telah ada, baik sengaja maupun tidak. Penekanan ini terjadi karena beberapa kemungkinan, misalnya karena item informasi yang diterima siswa kurang menyenangkan, sehingga ia dengan sengaja menekannya hingga ke alam ketidaksadaran.
c. Lupa dapat terjadi pada siswa karena perubahan situasi lingkungan antara waktu belajar dengan waktu mengingat kembali. Jika seorang siswa hanya mengenal atau mempelajari hewan jerapah atau kuda nil lewat gambar-gambar yang ada di sekolah misalnya, maka kemungkinan ia akan lupa menyebut nama hewan-hewan tadi ketika melihatnya di kebun binatang.
d. Lupa dapat terjadi karena perubahan sikap dan minat siswa terhadap proses dan situasi belajar tertentu. Jadi, meskipun seorang siswa telah mengikuti proses belajar mengajar dengan tekun dan serius, tetapi karena sesuatu hal sikap dan minat siswa tersebut menjadi sebaliknya (seperti karena ketidaksenangan kepada guru), maka materi pelajaran itu akan mudah terlupakan.
e. Menurut Law of Disuse (Hilgard dan Bower 1975), lupa dapat terjadi karena materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah digunakan atau dihafalkan siswa. Menurut asumsi sebagian ahli, materi yang diperlakukan demikian dengan sendirinya akan masuk ke alam bawah sadar atau mungkin juga bercampur aduk dengan materi pelajaran baru.
f. Lupa tentu saja dapat terjadi karena perubahan urat syaraf otak, misalnya akibat keracunan, kecanduan alkohol, gegar otak, dan lain-lain.
Penyelidikan psikologis tentang ingatan telah cukup banyak dilakukan oleh para ahli, dan hasilnya banyak yang langsung bersangkut-paut dengan soal belajar. Dalam membimbing perkembangan anak didik seyogyanya hasil-hasil yang telah dikemukakan dipergunakan sebaik-baiknya supaya dapat dimanfaatkan secara maksimal.
a. Pada waktu menghafal hendaklah kondisi-kondisi diatur sedemikian rupa, sehingga dapat dicapai hasil maksimal, seperti menyuarakan, pembagian waktu belajar yang tepat, dan sebagainya.
b. Mereproduksi dapat diperlancar dengan memperkaya atau menyempurnakan bahasa.
c. Mengingat akan peranan interferensi dapatlah diatur waktu-waktu untuk belajar sebaik mungkin, sehingga hal-hal yang dipelajari dapat tertanam benar-benar.
d. Setiap individu berbeda dalam kemampuan mengingatnya, tetapi tiap orang dapat meningkatkan kemampuan mengingatnya dengan pengaturan kondisi yang lebih baik dan penggunaan metode yang lebih tepat.
Alat indera mengirimkan informasi ke registerasi indera untuk disimpan sebentar. Informasi tersebut diberi arti perhatian dan persepsi. Setelah diubah menjadi kode-kode, informasi kemudian masuk ke dalam ingatan jangka pendek. Tempat penyimpanan di sana terbatas, sehingga informasi hanya tinggal sebentar. Informasi itu digunakan dan akan hilang kecuali diulang-ulang. Informasi yang disimpan untuk diingat kembali dihubungkan dengan pengetahuan yang dimiliki dan karena disimpan di dalam ingatan jangka panjang, suatu tempat penyimpanan yang tetap.
Register Inderawi merupakan komponen pertama dalam sistem memori yang menerima informasi. Stimulus dari lingkungan seperti benda-benda, cahaya, suara, bau, dan sebagainya selalu menghampiri reseptor. Sistem ini menangkap informasi inderawi hanya sebentar, dan pada taraf ini persepsi dan perhatian menjadi sangat penting.
Persepsi ialah intrerpretasi informasi yang datang dari indera sebagai pemberian arti terhadap stimulus indera. Setiap detik alat indera dihadapkan pada berbagai stimulus inderawi. Jika semua stimulus tersebut harus dipersepsi, maka hidup ini akan semakin berat.
Ingatan jangka pendek merupakan komponen kedua, yang mana informasi yang telah diproses masuk ke dalam ingatan jangka pendek, dan di sana hanya dapat bertahan beberapa waktu saja karena banyaknya informasi yang harus disimpan dalam suatu waktu. Menurut penelitian, ternyata hanya lima sampai sembilan item saja yang harus dapat disimpan dalam waktu tertentu. Dan informasi akan tetap tersimpan apabila dipraktekkan dan dilatih. Karena terbatasnya ingatan jangka pendek tersdebut dapat diatasi dengan cara gruping dan dikelompokkan. Karena banyaknya informasi yang harus disimpan sehingga akan memudahkan kita untuk mengingatnya.
Ingatan jangka panjang ialah bagian dari sistem memori yang menyimpan informasi dalam jangka waktu yang lama. Sehingga kita dapat mengingat kembali yang telah kita dengar, akan tetapi ini perlu memrerlukan waktu dan proses.
Di antara perbedaan ingatan jangka pendek dan panjang ialah:
Jenis Ingatan Input Kapasitas Maintanance Retrieval
Jangka Pendek Sangat cepat Terbatas Sangat sebentar Segera/ cepat
Jangka Panjang Relatif/lambat Praktis tak terbatas Tergantung penyusunannya Praktis tak terbatas
Menurut Tulving (1972) informasi yng disimpan dalm ingatan jangka pendek ada tiga macam, yaitu:
1. Informasi Episodic
Yaitu ingatan peristiwa-peristiwa dalam hidup kita lengkap bagian-bagiannya, dan informasi ini terkait waktu dan tempat tertentu.
2. Informasi Semantic
Informasi semantic ini berisi dua macam pengetahuan, yaitu pengetahuan deklaratif seperti tanggal, alamat dan nama orang. Dan pengetahuan prosedural seperti cara memecahkan masalah soal-soal hitungan, cara mengendari motor, cara memakai dasi dan sebagainya.
3. Informasi prosedural
Apa yang mengakibatkan kita ingat dan lupa? Ada beberapa hal yang selalu kita ingat dan kita lupa bahkan ada yang menyebabkan bahwa kenyataan ini sebagai pola dasar kehidupan mental manusia mengapa kita lupa? Padahal kemampuan kita untuk menyimpan informasi sangat luar biasa. Hilangnya ingatan dari jangka pendek disebabkan oleh dua hal di antaranya yaitu gangguan dan waktu. Semakin lama informasi di dalam ingatan jangka pendek kita maka semakin lemah dan akhirnya menghilang.
Informasi yang hilang dalam ingatan jangka pendek benar-benar akan lenyap, akan tetapi sebaliknya dalm ingatn jangka panjang akan teringat kembali pada saat tertentu. Freut pernah menyatakan bahwa kadang-kadang secara sengaja Kita melupakan atau menekan informasi tertentu yang tidak ingin kita ingat.
Bagaimana kita mengingat? Mengingat yang baik sebenarnya merupakan suatu proses pemecahan masalah yang menggunakan logika, tanda-tanda dan pengetahuan lainnya untuk merekonstruksi informasi dan mengisi bagian-bagian yang lain yang tercecer atau hilang. Terkadang informasi tidak cermat sebab yang diingat bukan kata yang harfiah akan tetapi maknnya saja. Lalu apa saja yang mempengaruhi ingatan bisa baik? Cara memproses informasi pertama kali sangat berpengaruh terhadap diingatnya kembali informasi pada saat lain. Adapun unsur-unsur yang penting dalam pemrosesan informasi ialah:
a. Elaborasi
Ialah menambah dan memperluas arti dengan cara menghubungkan informasi yang baru dan yang sudah dimiliki.
b. Organisasi
Ialah penyusunan dapat memudahkan mrengiingat kembali informasi yang kompleks dan berjumlah banyak termasuk dalam hal ini penggunaan peta konsep.
c. Konteks,
Dalam hal ini konteks mempengaruhi ingatan, aspek-aspek fisik dan emosional seperti tempat, ruang atau perasaan kita pasda hal tertentu, dan siapa yang bersama kita. Hal itu sangat berpengaruh sekali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.