Senin, 24 Oktober 2011

Pengertian Cooperative Learning


Dalam proses belajar mengajar dewasa ini dikenal istilah Cooperative Learning atau pembelajaran gotong royong. Cooperative Learning (CL) terdiri dari dua kata yaitu Cooperative dan Learning. Cooperative berarti “acting together with a common purpose”.[1] Basyiruddin Usman mendefinisikan cooperative sebagai belajar kelompok atau bekerjasama.[2] Menurut Burton yang dikutip oleh Nasution, kooperatif atau kerjasama ialah cara individu mengadakan relasi dan bekerjasama dengan individu lain untuk mencapai tujuan bersama.[3]
Sedangkan Learning adalah “the process through which experience causes permanent change in knowledge and behavior” yakni proses melalui pengalaman yang menyebabkan perubahan permanent dalam pengetahuan dan perilaku.[4] Senada dengan hal itu Arthur T. Jersild, yang dikutip Syaiful Sagala, mendefinisikan bahwa Learning adalah “modification of behavior through experience and training” yakni pembentukan perilaku melalui pengalaman dan latihan.[5] Dia menambahkan bahwa learning sebagai kegiatan memperoleh pengetahuan, perilaku dan ketrampilan dengan cara mengolah bahan ajar.[6]
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa CL adalah usaha mengubah perilaku atau mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan secara gotong royong atau kerjasama.
David dan Roger Johnson mendefinisikan CL adalah “a teaching strategy in which small teams, each with students of different levels of ability, use a variety of learning activities to improve their understanding of a subject.”[7] (Strategi pembelajaran dalam bentuk kelompok-kelompok kecil dimana setiap siswa memiliki tingkat kemampuan berbeda, dengan menggunakan berbagai macam aktifitas belajar untuk meningkatkan pemahaman terhadap materi). Asep Gojwan mendefinisikan Cooperative Learning sebagai suatu model pembelajaran yang menekankan aktivitas kolaboratif siswa dalam belajar yang berbentuk kelompok kecil untuk mencapai tujuan yang sama dengan menggunakan berbagai macam aktifitas belajar guna meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran dan memecahkan masalah secara kolektif.[8]
Setiap anggota kelompok bukan hanya belajar materi apa yang diajarkan tetapi juga membantu anggota yang lain untuk belajar. Model pembelajaran ini menganut prinsip saling ketergantungan positif (Positive Interdependence), tanggungjawab perseorangan (Individual Accountability), tatap muka (Face to face Interaction), ketrampilan sosial (Social Skill) dan proses kelompok (Group Processing).[9]
Inti dari CL ini adalah konsep synergy, yakni energi atau tenaga yang terhimpun melalui kerjasama sebagai salah satu fenomena kehidupan masyarakat.[10] Penerapannya beranjak dari konsep Dewey yang dikutip oleh Yurnetti bahwa “classroom should mirror the large society and be a laboratory for real life learning.”[11] Terjemahan bebasnya bahwa kelas seharusnya mencerminkan keadaan masyarakat luas dan menjadi laboratorium untuk belajar kehidupan nyata. Jadi CL dirancang untuk memanfaatkan fenomena kerjasama/gotong royong dalam pembelajaran yang menekankan terbentuknya hubungan antara siswa yang satu dengan yang lainnya, terbentuknya sikap dan perilaku yang demokratis serta tumbuhnya produktivitas kegiatan belajar siswa.


[1] Sally Wehmeier, Oxford Advanced Learner’s Dictionary, (New York: Oxford University Press,2000), hlm. 276
[2] M. Basyiruddin Usman, Metode Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm. 14
[3] S. Nasution, Didaktik Azas Mengajar, (Bandung: Bumi Aksara, 2000), hlm. 148.
[4] Anita E. Woofolk, Educational Psychology, (USA: Allyn & Bacon,1996), cet. VI, hlm. 196.
[5] Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2003), hlm. 12.
[6] Ibid. Ibid.
[7] David and Roger Johnson, “Cooperative Learning”, http//:www.clrcc.com/pages/cl.html, [Online] 15 October 2001.
[8] Asep Gojwan, “Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran PAI”, http://pps.upi.edu/org/
[9] David dan Roger T. Johnson, “Learning Together”, dalam Shlomo, Sharan (ed.),
Handbook of Cooperative Learning Methods, (Connecticut London: Praeger,1999), hlm. 58.
[10] Syaiful Sagala, op.cit., hlm. 177 Syaiful Sagala, op.cit., hlm. 177
[11] Yurnetti, “Pembelajaran Kooperatif Sebagai Model Alternatif”, Jurnal Himpunan Fisika Indonesia, Volume B5, Agustus 2002, hlm. 1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.