Minggu, 13 Mei 2012

Meningkatkan Pemahaman Konsep Pengukuran Melalui Pendekatan Matematika Realistik Siswa Kelas III SD Inpres 12 / 79 Toro

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PENGUKURAN MELALUI
PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK SISWA
KELAS III SD INPRES 12 / 79 TORO

Oleh:
Hj. Rosalina Nur Jamsar
Pengawas Kecamatan Tanete Riattang

ABSTRAK
Abstrak: Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang bersifat deksriptif. PTK bertujuan memperbaiki dan meningkatkan layanan profesional guru dalam menangani kegiatan belajar mengajar. Proses pelaksanaan PTK terdiri atas empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui pendekatan Matematika realistik dapat meningkatkan pemahaman konsep pengukuran siswa kelas III SD Inpres 12 / 79 Toro. Peningkatan hasil belajar dapat dilihat mulai pada tes awal tidak ada yang mencapai nilai ketuntasan minimal. Pada pertemuan pertama tidak mencapai nilai ketuntasan maka dilanjutkan pada pertemuan kedua, tetapi belum semua siswa mencapai ketuntasan minimal. Siklus kedua pertemuan ketiga semua siswa mencapai nilai ketuntasan tetapi pencapaiannya belum maksimal maka dilanjutkan pada pertemuan keempat semua siswa melampaui nilai KKM.
Kata kunci: Pemahaman konsep dan pendekatan Matematika Realistik.

Keberhasilan program pendidikan melalui proses mengajar mengajar di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal sangat dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu : siswa, kurikulum, tenaga kependidikan, biaya, sarana dan prasarana, serta faktor lingkungan. Apabila factor-faktor tersebut dapat terpenuhi sudah tentu akan memperlancar proses belajar-mengajar, yang akan menunjang pencapaian hasil belajar yang maksimal yang pada akhirnya akan meningkatkan mutu pendidikan
Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, antara lain dengan perbaikan mutu belajar mengajar. Belajar mengajar di sekolah merupakan serangkaian kegiatan yang secara sadar telah terencana. Dengan adanya perencanaan yang baik akan mendukung keberhasilan pengajaran. Usaha perencanaan pengajaran diupayakan agar peserta didik memiliki kemampuan maksimum dan meningkatkan motivasi, tantangan dan kepuasan sehingga mampu memenuhi harapan baik oleh guru sebagai pembawa materi maupun peserta didik sebagai penggarap ilmu pengetahuan.
Metode dilakukan oleh guru untuk meningkatkan mutu pembelajaran Matematika di SD antara lain : metode penugasan, ceramah penjelasan, dan Tanya jawab. Salah satu teknik pembelajaran sering dilakukan oleh guru di SD Inpres 12/79 Toro adalah memberikan penjelasan tentang materi, memberikan contoh lalu meberikan tugas dan memeriksa pekerjaan siswa. Hal ini dilakukan secara terus menerus sehingga pembelajaran cenderung monoton.
Materi pembelajaran yang diberikan lebih banyak pada penyelesaian soal-soal matematika. Seharusnya pembelajaran Matematika lebih realistik artinya soal-soal Matematika diangkat dari realitas nyata yang biasa ditemukan atau dapat diamati dari kehidupan sehari-hari. Jika hal ini dilakukan maka siswa akan mengetahu kebermaknaan Matematika dalam pemecahan masalah kehidupan.
Salah satu pendekatan  yang dianggap mampu menyelesaikan masalah tersebut  adalah pendekatan Matematika Realistik. Menurut Asari (2000:23) pendekatan Matematika Realistik digunakan karena pendekatan ini adalah suatu pendekatan pembelajaran yang mengarahkan siswa pada pembelajaran secara bermakna, sesuai dengan kemampuan berpikir siswa serta berkaitan dengan kehidupan siswa sehari-hari. Keterkaitan dengan kehidupan sehari-hari ini akan mampu mengarahkan siswa pada pengertian bahwa matematika bukan hanya ilmu simbolik belaka tetapi dapat dimamfaatkan dalam kehidupan sehari-hari untuk membantu dan mempermudah pekerjaan manusia dalam menyelesaikan permasalahan hidupnya. Pemberian pemebelajaran matematika yang bermakna kepada siswa dan tidak memisahkan belajar matematika dengan pengalaman siswa sehari-hari, siswa dapat mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari.

BELAJAR MATEMATIKA

            Matematika penting peranannya dalam  usaha meningkatkan kesejahteraan umat manusia, sehingga manusia dianggap perlu untuk menguasai atau memahami matematika. Beranjak dari tujuan ini, maka sedikit orang yang ingin atau dianjurkan belajar matematika.
            Matematika juga dikenal tidak hanya berhubungan dengan bilangan dan operasi-operasinya, malainkan juga berkenaan  dengan ide-ide, struktur-struktur dan hubungan yang teratur secara logis, serta dalam matematika digunakan proses deduktif. Proses deduktif digunakan untuk membuat dugaan-dugaan atau permasalahan berdasar pengamatan pada kasus.
            Mempelajari matematika memerlukan kemampuan berpikir abstrak, kemampuan berpikir hitung dan kemampuan menganalisa persoalan (permasalahan). Oleh karena itu, individu yang ingin mempelajari matematika harus senantiasa berpartisipasi aktif dalam proses belajar matematika.
            Menurut Manangkasi (1987) menyatakan bahwa belajar matematika adalah suatu kegiatan mental dari  lambing-lambang dan cara mempelajari lambing tersebut yang kompleks menjadi sederhana berdasarkan asumsi dasar aksioma, dalil-dalil, dan teorema yang dibuktikan sebelumnya”
            Sejalan dengan hal diatas menurut Agun (1984: 11) bahwa hakikat belajar matematika adalah suatu aktivitas untuk memahami arti hubungan-hubungan, simbol-simbol kemudian menerapkan kosep-konsep yang dihasilkan dalam situasinya”
            Dalam proses belajar mengajar, kegiatan utamanya adalah belajar bagi siswa dan mengajar bagi guru. Siswa senantiasa ingin meperoleh hasil yang baik dari kegiatan yang dilakukan.
            Hasil belajar mempuanya penan penting dalam pendidikan, bahkan menentukan kualitas belajar yang dicapai siswa dalam bidang studi yang dipelajari di sekolah. Siswa yang cerdas cepat menciptakan lingkungan belajar yang mendorong perkembangan intelektual dirinya dalam bentuk macam-macam kegiatan yang dapat meningkatkan hasil belajarnya.
            Peningkatan hasil belajar ditentukan oleh tingkat kemauan siswa untuk belajar secara bermakna dan terus-menerus. Minat dan kemauansiswa untuk belajar matematika yang kurang akan memberikan hasil belajaryang kurang pula. Jika kemauan belajar matematika tinggi diharapkan hasil belajar siswa di sekolah juga tinggi.
            Pengertian tentang hasil belajar yang dimaksud oleh peneliti adalah hasil belajar yang diperoleh seorang siswa dalam mata pelajarantertentu yang menggunakan tes sebagai alat ukur keberhasilan siswa. Pengertian hasil belajar menurut Hoedoyo (1990: 139) bahwa “Prestasi belajar adalah pemahamandan penguasaan bahan pelajaran yang dipejari” Sejalan dengan pendapat Dimyati (1990: 48) bahwa “hasil belajar merupakan hasi sesuatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajardari sisi guru. Tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar merupakan berakhir penggal dan puncak”.
            Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidan teknologi komunikasi dan informasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.
            Mata pelajaran matematika perlu diberiokan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasaruntuk membekal;I peserta didik  dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memilimki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.
            Standar kompetensi dan kompetensi dasar matematika dalam dokumen ini disusun sebagai landasan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan tersebut diatas. Selain itu dimaksudkan pula untuk mengembangkan kemampuan menggunakan matematika dalam pemecahan masalahdan mengkomunikasikan idea tau gagasan dengan menggunakan simbol, table, diagram, dan media lain. RRP pendekatan pemecahan masalah merupakan focus dalam pembelajaran matematika yang mencakup masalah tertutup dengan solusi tunggal, masalah terbuka dengan solusi tidak tunggal, dan masalah dengan berbagai cara penyelesaian. Untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah perlu dikembangkan keterampilan memahami masalah, membuat model matematika, menyelesaikan masalah, dan menafsirkan solusinya.
            Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika. Untuk meningkatkan keefektifanpembelajaran, sekolah diharapkan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi seperti computer, alat peraga, atau media lainnya.
            Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kiemampuan sebagai berikut.
1.        Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan     konsep atau  algoritma, secara luwes, akurat, efisien dan tepat, dalam pemecahan masalah.
2.        Melakukan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3.        Pemecahan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan modal, menafsirkan solusi yang diperoleh.
4.        Mengomunikasikan gagasan dengan symbol, table, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5.        Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingn tahu, perhatian, dan minat dalam memperlajari matematika, serta sikap ulet dan percaya dirin dalam pemecahan masalah.
Mata pelajaran matematika pada suatu pendidikan SD/MI meliputi aspek-aspek yaitu : bilangan, geometri, pengukuran, dan pengolahan data.

Konsep Pengukuran

            Pengukuran terbagi atas waktu, panjang, dan berat. Kegiatan pembelajaran matematika diarahkan pada memilih alat ukur sesuai fungsinya dan menggunakan alat ukur dalam pemecahan masalah. Alat-alat ukur yang dingunakan waktu, panjang, berat penggais rol meter, dan timbangan.
            Satuan waktu menggunakan hitungan detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, dan tahun. Hitungan jam tidak boleh melebihi 24 jam, hitungan menit tidak boleh melampaui 60 menit, dan hitungan detik tidak boleh melampaui 60 detik. Apabila melampaui hitungan tersebut, maka harus dijadikan satuan waktu yang terbesar.
            Ukuran panjang adalah sebuah ukuran dari seberapa jauh atau  luas suatu jarak, satuan ukuran luas sama dengan ukuran panjang, namun untuk menjadi satu tingkat di bawah dikalikan dengan 100. Begitu pula dengan kenaikan satu tingkat diatasnya dibagi dengan angka 100, satuan ukuran luas tidak lagi menggunakan meter tetapi meter persegi.
            Ukuran berat dan ringan adalah ukuran dari suatu benda. Biasanya alat yang digunakan untuk dapat mengukur benda adalah timbangan. Untuk satuan ukuran berat konversinya mirip dengan ukuran panjang, namun satuan meter diganti menjadi gram. Untuk satuan berat tidak memiliki turunan gram persegi maupun gram kubik.

PENDEKATAN REALISTIK

            Istilah matematika realistic semula muncul dalam pembelajaran matematika di negeri Belanda yang dikenal dengan nama Realistic Mathematics Education (RME). Pendekatan pembelajaran ini menerapkan reaksi terhadap pemebelajaran matematika modern (new math) di Amerika dan pembelajaran matematika di Belanda sebelumnya yang dipandang sebagai “mechanistic mathematics education”.
            Pendekatan realistic pada dasarnya merupakan pemamfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami siswa untuk memperlancar proses pembelajaran matematika sehingga dapat mencapai pendidikan matematika secara lebih baik dari pada masa yang lalu. Seperi halnya pandangan baru tentang proses belajar mengajar, dalam realistic juga diperlukan upaya mengaktifkan siswa. Upaya tersebut dapat diwujudkan dengan cara (1) mengoptimalkan keikutsertaan unsur-unsur proses belajar mengajar dan (2) mengoptimalkan keikutsertaan seluruh sense peserta didik. Salah satu kemungkinannya adalah dengan member kesempatan kepada siswa untuk dapat menemukan atau mengkontruksi sendiri pengetahuan yang akan dikuasainya.
            Dalam pandangan realistic, pembelajaran matematika lebih memusatkan kegiatan belajar pada siswa dan lingkungan serta bahan ajar yang disusun sedemikian rupa sehingga siswa lebih aktif mengkontruksi pengetahuan untuk dirinya sendiri.. Peran guru lebih banyak sebagai motivator terjadinya proses pembelajaran, bukan sebagai pengajar atau penyampai ilmu. Ini berarti materi matematika yang disajikan kepada siswa harus berupa suatu “proses” bukan sebagai barang “jadi”.
            Marpaung dalam Hartadji dan Ma’nar (2001) menyatakan bahwa pendekatan realistik bertolak dari masalah-masalah yang kontekstual, siswa aktif, guru berperan sebagai fasilitator, anak bebas mengeluarkan idenya, siswa berbagi ide-idenya, artinya mereka bebas mengkomunikasikan ide-idenya satu sama lain. Guru membantu mereka membandingkan ide-ide itu dan membimbing mereka untuk mengambil keputusan tentang ide mana yang lebih baik buat mereka.
            Pendekatan realistik sejalan dengan teori psikologi kognitif dan pembelajaran matematika. Menurut pandangan psikologi kognitif, yang bermakna itu lebih mudah dipahami siswa daripada yang tidak bermakna. Brmakna disini dimaksudkan, bahwa informasi baru mempuyai kaitan dengan informasi yang sudah tersimpan dalam memori. Memori kita menyimpan pengalaman-pengalaman yang memiliki arti bagi kita, yong kontekstual, yang realistic.
            Pendekatan realistic memberikan kemudahan bagi guru matematika dalam pengembangan konsep-konsep dan gagasan-gagsan matematika berluma dari dunia nyata. Dunia nyata tidak berarti konkrit secara fisik dan kasat mata, namun juga termasuk dapat dibayangkan oleh pikiran anak. Jadi dengan demikian realistic menggunakan situasi dunia nyata atau suatu konteks nyata sebagai titik tolak belajar matematika.
            Berdasarkan uraian-uraian di atas, pendekatan realistic mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : (1) menggunakan konteks yang nyata sebagai titik awal belajar (2) menggunakan model sebagai jembatan antara real dan abstrak (3) belajar dalam suasana demokratis dan interaktif, dan (4) menghargai jawaban informal siswa sebelum mereka mencapai bentuk formal matematika .
            Dalam pelaksanaannya, pendekatan realistic menganut lima prinsip utama, yaitu : (1) penggunaan konteks, sebagai sumber belajar dalam menemukan kembali ide matematika dan secara bersamaan menetapkan ide tersebut, (2) menggunakan model produksi dan konstruksi siswa, (3) menolak proses yang mekanistik, saling terlepas dan tak bermakna, prosedur rutin, dan sering bekerja individual, (4) siswa bukan penerima informasi, tetapi subyek aktif dalam menemukan kembali, dan (5) menggunakan berbagai teori belajar yang relefan dan saling terkait.
            Beberapa keuntungan dalam pendekatan realistic, antara lain : (1) melalui penyajian yang kontekstual, pemahaman konsep siswa meningkat dan bermakna, mendorong siswa melek matematika, dan memahami keterkaitan matematika dangan dunia sekitarnya, (2) siswa terlibat langsung dalam proses doing math sehingga mereka tidak takut belajar matematika, (3) siswa dapat memanfaatkan pengetahuan dan pengalamannya dalam kehidupan sehari-hari dan mempelajari bidang studi lainnya,  (4) member peluang pengembangan potensi dan kemampuan berpikir alternative,  (5) kesempatan cara penyelesaian yang berbeda  (6) melalui belajar kelompok berlangsung pertukaran pendapat dan interaksi antar guru dan siswa dan antar siswa, saling menghormati pendapat yang berbeda, dan menumbuhkan konsep diri siswa, dan  (7) melalui matematisasi vertical, siswa dapat mengikuti perkembangan matematika sebagai suatu disiplin.
            Dengan melihat keuntungan dalam pendekatan realistic di atas mengarahkan kita pada suatu kesimpulan bahwa dengan menggunakan pendekatan realistic dalam pembelajaran matematika siswa akan  terbiasa memahami suatu persoalan dengan suatu sudut pandang yang bervariasi sehingga permasalahan tersebut dapat terselesaikan dengan berbagai cara. Potensi siswa akan berkembang baik minat dan motivasinya dalam belajar matematika karena pembelajaran yang dimulai dengan konteks mengarahkan siswa pada pentingnya matematika, dalam kehidupan sehari-hari. Siswa dipahamkan tentang kegunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari.

MATODE PENALITIAN

            Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang bersifat kualitatif. PTK ini dilaksanakan dengan menggunakan dua siklus. Setiap siklus melalui empat tahap yaitu perencanaan, implementasi, tindakan, observasi, dan refleksi. Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara mengamati pada setiap tindakan di dalam proses pembelajaran.

PAPARAN DATA HASIL PENELITIAN

            Hasil tes awal sebelum pembelajaran dilakukan maka dapat diketahui bahwa nilai untuk pemahaman konsep pengukuran hanya rata-rata 28,47. Nilai teringgi adalah 58,33 sedangkan yang terendah adalah 25. Tidak ada siswa yang mencapai nilai KKM. Sedangkan nilai KKM untuk materi pengukuran detetapkan 60. Hal berarti bahwa pembelajaran tentang pengukuran konsep tidak tuntas dan tidak perlu dapat perhatian khusus

Siklus I pertemuan 1

            Perangkat perencanaan yang disiapkan sebelum pembelajaran dilaksanakan yaitu : lembar observasi, lembar penilaian, catatan lapangan, RPP, media, dan buku-buku yang relevan. Perangkat tersebut dipegang guru kelas III sebagai kolaborator dan guru sebagai peneliti.
            Beberapa hal yang telah dilakukan oleh guru dengan baik antara lain: (1) telah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah di persiapkan, (2) berupaya memberikan penjelasan jika siswa membutuhkan, dan (3) telah menytiapkan buku sember dan alat penilaian.
            Kegiatan siswa yang dianggap cukup baik adalah: (1) berusaha mencari jawaban dengan bertanya pada temannya, (2) tempak kegiatan belajar yang dominan adalah kegiatan, dan (3) siswa apatuh terhadap perintah guru.
            Hal yang dianggap perlu diperbaiki oleh guru: (1) guru lebih banyak berceramah  member penjelasan dan member tugas, (2) guru lebih banyak berdiri di depan kelas, (3) guru belum menggunakan media pembelajaran, (4) penggunaan waktu belum efektif, dan (5) soal yang diberikan terlalu sulit dan jumlah terlalu banyak.
            Keadaan siswa yang perlu disempurnakan  antara lain: (1) siswa malu bertanya pada guru, (2) siswa lebih banyak yang gelisah karena belum paham, dan (3) pekerjaan siswa banyak yang kosong.
            Hasil pemahaman konsep pengukuran melalui pendekatan Matematika realistic pada Siswa  kelas III SD Inp. 12/ 79 Toro dalam pertemuan 1 siklus I. Pemahaman siswa terhadap konsep pengukuran mengenai waktu dengan rata-rata nilai 49,96, mengenai panjang mencapai 52,08, dan berat mencapai 45,83, nilai tertinggi adalah 66,67 sedangkan terendah adalah 33,33. Nilai KKM yaitu 60 berarti hanya satu orang atau 4,17 persen yang tuntas sedangkan yang tidak tuntas 23 orang atau 95,83 persen dalam materi pemahaman konsep pengukuran.
            Hal yang perlu dilakukan untuk menyempurnakan pembelajaran pada pertemuan adalah: (1) penggunaan waktu yang lebih efektif, (2) pemberian metode pembelajaran yang lebih bervarias, (3)membimbing siswa secara individu, (4) menyediakan media pembelajaran yang lebih realistic, (5) menyediakan LKS, dan (6) menyusun alat penelaian yang lebih baik.
            Langkah-langkah inti pembelajaran yang perlu dilakukan pada pertemuan I Siklus II adalah (1) menyediakan media yang realistic (2) member tugas menyelesaikan soal matematika yang lebih realistik dari lingkungan siswa, (3) siswa lebih banyak berdiskusi antar teman dan kelompok, (4) mendemonstrasikan hasil pekerjaan melalui praktik, (5) melibatkan siswa dalam penulisan.

Siklus II pertemuan 1

            Perangkat perencanaan yang disiapkan yaitu : lembar observasi, lembar penilaian, catatan lapangan RPP, media dan buku yang relevan. Perangkat tersebut dipegang guru sebagai peneliti.
            Beberapa hal yang telah dilakukan oleh guru dengan baik antara lain : (1) telah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dipersiapkan, (2) guru lebih banyak membimbing, (3) guru menggunakan media dalam pembelajaran, dan (4) guru telah merevisi soal yang dianggap sulit bagi siswa.
            Kegiatan siswa yang cukup baik adalah (1) siswa aktif dalam belajar  dengan teman dan kelompoknya, (2) siswa antusias dalam menyelesaikan tugas yang diberikan, dan (3) siswa sudah banyak bertanya dan menjawab pertanyaan.
Hal yang dianggap kurang baik : (1) latihan masih perlu diperbanyak dan disajikan lebih bervariasi dan realistik, (2) penggunaan waktu yang lebih banyak praktik, dan (3) alat penilaian yang disempurnakan dengan kualitas yang sama dengan soal yang lalu.
Keadaan siswa yang perlu disemprnakan antara lain : (1) pelibatan siswa perlu secara bergantian, dan (2) posisi siswa sebagai ketua kelompok perlu digilir.
Pemahaman konsep pengukuran siswa Kelas III SD Inpres 12/79 Toro pertemuan 1 dalam siklus II dengan rata-rata nilai 69,31. Siswa yang mencapai nilai KKM adalah 24 orang atau 100 persen. Nilai tertinggi 83,33 sedang nilai terendah 66,67. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan matematika realistik untuk pemahaman konsep pengukuran dengan nilai rata-rata 69,31. Semua siswa (24 orang) melalmpaui batas KKM sehingga pembelajaran ini dinyatakan tuntas.
Hal yang perlu dilakukan unruk menyempurnakan pembelajaran pada pertemuan 1 siklus II adala (1) pemberian metode pembelajaran yang lebih bervariasi lebih realistik , (2)  membimbing siswa secara individu dan kelompok, (3) menyediakan media pembelajaran yang lebih realistic dan menggunakannya dalam pembelajaran, (4)  memamfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, (5) menyempurnakan alat penilaian yang telah disusun sebelumnya.
Langkah-langkah inti pembelajaran yang perlu dilakukan pada pertemuan 1 siklus II adalah : (1) member tugas menyelesaikan soal matematika yang lebih realistik dari lingkungan siswa, (2) siswa lebih banyak berdiskusi antarteman dan kelompok, (3) mendemonstrasikan hasil pekerjaan melalui praktik, (4) melibatkan siswa dalam penilaian.

Siklus II pertemuan 2

            Perangkat perencanaan yang disiapkan yaitu : lembar observasi, lembar penilaian, catatan lapangan, RPP, media, dan buku-buku yang relevan. Perangkat tersebu dipegang guru kelas III sebagai kolaborator dan guru sebagai peneliti.
            Beberapa hal yang telah dilakukan oleh guru dengan baik antara lain : (1) telah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dipersiapkan, (2) guru lebih banyak membimbing siswa secara individu dan kelompok, (3) guru menggunakan media dalam pembelajaran yang lebih realistik, dan (4) guru telah merevisi soal yang dianggap sulit bagi siswa.
            Kegiatan siswa yang dianggap cukup baik adalah : (1) siswa aktif dalam belajar dengan teman dan kelompoknya, (2) siswa antusias dalam menyelesaikan tugas yang diberikan, dan (3) siswa sudah banyak bertanya dan menjawab pertanyaan. Kegiatan pembelajaran ini sudah dianggap cukup baik dan pemahaman konsep pengukuran siswa pun sudah tampak lebih optimal dengan nilai rata-rata 76,94 sehingga tidak perlu lagi penelitian dilanjutkan pada siklus III. Pemahaman konsep pengukuran siswa Kelas III SD Inpres 12/79 Toro Pertemuan 2 dalam siklus II dengan nilai rata-rata 76,94. Nilai tertinggi mencapai 93,33 sedang nilai terendah adalah 70. Semua siswa mencapai KKM.
            Hal yang perlu dipertahankan dalam pembelajaran matematika realistik pada pembelajaran selanjutnya adalah : (1) pemberian metode pembelajaran yang lebih bervariasi lebih realistik, (2) membimbing siswa secara individu dan kelompok, (3) menyediakan media pembelajaran yang lebih realistik dan menggunakannya dalam pembelajaran, (4) memamfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, (5) mengontrol perkembangan belajar siswa, dan (6) merancang penilaian yang sesuai karakteristik materi pembelajaran.
            Langkah-langkah inti pembelajaran yang perlu dilakukan pada pembelajaran Matematika yang lebih realistic adalah : (1) memberi tugas menyelesaikan soal matematika yang lebih realistik  dari problematika siswa, (2) siswa lebih banyak berdiskusi antarteman dan kelompok, (3) mendemonstrasikan hasil pekerjaan melalui  praktik, (4) memberikan kesempatan yang sama berpartisipasi dalam pembelajaran, (5) melibatkan siswa dalam penilaian, dan (6) memberikan tugas pekerjaan rumah dengan masalah yang dekat dengan kebutuhan siswa di lapangan.

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

            Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, setiap siklus dibagi dalam dua pertemuan. Hasil tes awal rata-rata nilai 28,47 dan tidak ada yang mencapai nilai ketuntasan. Pada pertemuan 1 dengan nilai rata-rata 48,99 siswa yang mencapai nilai ketuntasan 1 orang. Pertemuan kedua dengan nilai rata-rata 59,17 siswa yang mencapai ketuntasan 14 orang. Pertemuan ketiga dengan nilai rata-rata 69,31 dan semua siswa mendapatkan nilai ketuntasan. Pertemuan keempat dengan rata-rata nilai 76,94 dan semua siswa melampaui nilai KKM. Hasil belajar pada siklus I dengan nilai rata-rata 53,82 dan meningkat menjadi 73,13 pada siklus II.
            Peningkatan hasil belajar tersebut sangat dipengaruhi oleh adanya penyempurnaan tindakan pada setiap pertemuan. Adapun perkembangan penyempurnaan pembelajaran pada setiap tindakan pembelajaran diuraikan sebagai berikut.
            Langkah-langkah pembelajaran yang perlu dilakukan pada pertemuan 2 siklus I adalah : (1) menyediakan media, (2) memberi tugas menyelesaikan soal alam LKS, (3) berdiskusi antarteman, kelompok, (4) mendemonstrasikan hasil pekerjaan, (5) melibatkan siswa dalam penelitian.
            Langkah-langkah pembelajaran yang perlu dilakukan pada pertemuan 1 siklus II adalah : (1) member tugas menyelesaikan soal matematika yang lebih realistik dari lingkungan siswa, (2) siswa lebih banyak berdiskusi antarteman dan kelompok, (3) mendemonstrasikan hasil pekerjaan melalui praktik, (4) melibatkan siswa dalam penelitian.
            Langkah-langkah pembelajaran yang perlu dilakukan pada pembelajaran Matematika yang lebih realisti  adalah : (1) member tugas menyelesaikan soal matematika yang lebih realistik dari problematika siswa, (2) siswa lebih banyak berdiskusi antarteman dan kelompok, (3) mendemonstrasikan hasil pekerjaan melalui praktik, (4) memberikan kesempatan yang sama berpartisipasi dalam pembelajaran, (5) melibatkan siswa dalam penelitian, dan (6) memberikan tugas pekerjaan rumah dengan masalah yang dekat dengan kebutuhan siswa di lapangan.
            Soal-soal matematika yang digunakan sebagai gambaran kehidupan sehari-hari atau aplikasinya dalam bidang lain, ini tertuang dalam bentuk-bentuk soal cerita atau masalah kontekstual. Soal-soal yang disusun dalam bentuk kalimat verbal tersebut memungkinkan siswa menggunakan daya imajinasi dan kreativitasnya serta ide dan nalarnya untuk mengemukakan berbagai alternative pemecahan soal-soal tersebut. Jika siswa dibina dengan membiasakannya menyelesaikan soal-soal seperti ini, dimana siswa merasakan mamfaat matematika dalam kehidupannya sehari-hari, maka tentu kemampuan nalar, ide dan kreativitasnya dalam pembelajaran akan meningkat. Meningkatnya aktivitas dan kreativitas siswa dalam pembelajaran akan meningkatkan pemahaman konsep pengukuran siswa. Hasil yang diperoleh siswa berupa perubahan kemampuan matematika siswa sebagai akibat dari proses interaksi siswa dengan lingkungannya ini disebut hasil belajar matematika siswa. Artinya semakin baik proses  pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran matematika realistik  akan semakin meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

KESIMPULAN

            Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa melalui pendekatan matematika realistik dapat meningkatkan pemahaman konsep pengukuran siswa Kelas II SD Inpres 12/79 Toro. Peningkatan hasil belajar dapat dilihat mulai pada tes awal rata-rata nilai 28,47 dan tidak ada yang mencapai nilai rata-rata 48,99 siswa yang mencapai nilai ketuntasan 1 orang. Pertemuan kedua dengan nilai rata-rata 59,17, siswa yang mencapai ketuntasan 14 orang. Pertemuan ketiga dengan nilai rata-rata 69,31 dan semua siswa mendapatkan nilai ketuntasan. Pertemuan keempat dengan rata-rata nilai 76,94 dan semua siswa melampaui nilai KKM.

DAFTAR RUJUKAN
           
As’ari, A.R., 2000. Pembelajaran matematika yang Demokratis. Universitas Negeri Malang.
Basuki Wibawa, 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Tenaga Kependidikan. Jakarta
Budiarto, Mega Teguh, dkk., 2004. Matematika Buku I. Dirjen Depdiknas. Jakarta.
Budiarto, Mega Teguh, dkk. 2004. Matematika Buku 3. Dirjen Depdiknas. Jakarta.
Dimyati dan Mujiono, 1996. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.
Djamamarah, S.B., 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Rineka Cipta. Jakarta.
Hudoyo, Herman, 1988. Belajar Mengajar Matematika. P2LPTK. Jakarta.
Hudoyo, Herman dan Surawidjaja A., 1996/1997. Matematika. Bagian P3GSD Dirjen Dikti Depdikbud. Jakarta.
M.Nur, 2000. Pembelajaran Kooperatif, Pusat Sains dan Matematika Sekolah. PPS Universitas Negeri Surabaya. Surabaya.
N.K. Roestiyah, 1991. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta
Slameto, 1987. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Bina Aksara. Jakarta.
Soekamto T., Wardani, I.G.A.K., dan Winatapura, U.S., 1993. Prinsip Belajar dan Pembelajaran. Bahan Ajar Pekerti P2LPTK. Jakarta.
Soekamto T., dan Winataputra, U.S., 1997. Teori Belajar dan Model-model Pembelajaran. Bahan Ajar Pekerti P2LPTK. Jakarta.
Usman, M.U. dan Setiawati L., 2001. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Cetakan Kedua. Remaja Rosdakarya. Bandung.


(Sumber : Jurnal Pendidikan Arupalakka Volume 1 Nomor 1 Februari 2012)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.