Senin, 10 Oktober 2011

Pengertian dan Konsep Karies Gigi

Konsep Karies Gigi
2.2.1 Pengertian
Karies berasal dari kata “ker” yang dalam bahasa Yunani artinya kematian,sedangkan dalam bahasa Latin artinya kehancuran. Karies gigi merupakan pembentukan lubang pada permukaan gigi yang disebabkan oleh kuman (Srigupta, 2004). Sedangkan menurut Koswara (2006) karies gigi adalah penyakit keropos yang dimulai pada lokasi tertentu pada bagian gigi, dan diikuti proses kerusakan atau pembusukan gigi secara cepat. Karies gigi dimulai dengan terjadinya pengikisan mineral-mineral dari permukaan atau enamel gigi oleh asam organik hasil fermentasi karbohidrat makanan terutama gula pasir dan pati-patian yang tertinggal melekat pada bagian-bagian dan sela-sela gigi oleh bakteri asam laktat.
2.2.2 Pertumbuhan gigi
Benih gigi susu sebenarnya sudah terbentuk sejak bayi masih dalam kandungan, yaitu sejak janin berusia 4 minggu. Bahkan, gigi permanen yang akan menggantikan gigi susu juga telah terbentuk. Gigi tumbuh dari epitel tulang rahang. Mula-mula yang tumbuh adalah mahkota gigi berwarna putih dengan lapisan luar emailnya, lalu berlanjut ke bawah berupa dentin, diteruskan dengan pulpa gigi yang menjadi tempat syaraf dan pembuluh darah, yang paling akhir adalah akar gigi (Rosseno, 2008).
Erupsi atau keluarnya akar gigi pertama biasanya terjadi pada usia 6-8 bulan setelah kelahiran. Namun ada kalanya erupsi gigi terjadi saat anak berusia 9 bulan (Machfoedz, 2006). Erupsi ini tidak terjadi sekaligus, akan tetapi satu persatu atau sepasang. Ketika berusia 1 tahun, biasanya anak punya 6-8 gigi susu. Pertumbuhan gigi susu ini akan berhenti pada usia 2-3 tahun dengan jumlah gigi 20 buah. Kemudian satu persatu akan tanggal dan digantikan oleh gigi permanen saat anak menginjak usia 5-6 tahun (Rosseno, 2008).
Urutan pertumbuhan gigi susu yaitu:

Tabel 2.2 Urutan Pertumbuhan Gigi Susu

No

Jenis Gigi Susu

Tumbuh Umur

1

2

Gigi rahang atas:

a. Gigi seri pertama

b. Gigi seri kedua

c. Gigi taring

d. Gigi geraham pertama

e. Gigi geraham kedua

Gigi rahang bawah:

a. Gigi seri pertama

b. Gigi seri kedua

c. Gigi taring

d. Gigi geraham pertama

e. Gigi geraham kedua

7-8 bulan

8-9 bulan

16-18 bulan

12-14 bulan

20-30 bulan

6-7 bulan

8-9 bulan

14-16 bulan

12-14 bulan

20-30 bulan

(sumber: Machfoedz, I. 2006. Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut Anak-Anak dan Ibu hamil. Yogyakarta: Fitramaya).



2.2.3 Manifestasi klinis
Tanda awal dari lesi karies adalah sebuah daerah yang tampak berkapur di permukaan gigi yang menandakan adanya demineralisasi. Daerah ini dapat menjadi tampak coklat dan membentuk lubang. Proses sebelum ini dapat kembali ke asal (reversible),namun ketika lubang sudah terbentuk maka struktur yang rusak tidak dapat diregenerasi. Sebuah lesi tampak coklat dan mengkilat dapat menandakan karies. Daerah coklat pucat menandakan adanya karies yang aktif. Bila email dan dentin sudah mulai rusak, maka lubang akan semakin tampak. Daerah yang terkena akan berubah warna dan menjadi lunak ketika disentuh (Kuntari, 2008).
2.2.4 Karies botol susu
Karies susu botol yang sering disebut Nursing Bottle Caries, Nursing Bottle Mounth, Baby Bottle Caries, dan Early Childhood Caries (ECC) adalah karies dengan pola yang khas dan sering terlihat pada anak usia kurang atau sama dengan 6 tahun yang mempunyai kebiasaan minum ASI, susu botol atau cairan yang manis sampai tertidur dan dihisap terus menerus sepanjang hari, atau yang berlangsung 2-4 kali selama beberapa jam sampai tertidur dan kadang-kadang sepanjang malam (Wei (1988) dalam Chemiawan dkk, 2004). Keadaan karies susu botol ini mempunyai pola yang khas yaitu gigi pertama yang terkena adalah gigi insitif lateral atas, permukaan labial, lingual, mesial dan distal. Kemudian permukaan oklusal gigi molar satu atas dan satu bawah, serta gigi kanan bawah. Bila kebiasaan pemberian makanan anak sampai tertidur berlangsung dalam jangka waktu yang lama, maka akan terjadi keadaan lebih lanjut yaitu karies akan tampak pada permukaan oklusal molar dua atas serta bawah, dan yang terakhir adalah gigi insitif bawah (Susilowati, 2008).
2.2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi karies gigi
Menurut Ruslawati (2001), penyebab karies gigi meliputi faktor internal dan eksternal, yaitu:
1) Faktor internal
Merupakan faktor yang langsung berhubungan dengan karies gigi, yaitu:
a. Host, meliputi gigi dan saliva
Komposisi gigi terdiri dari email dan dentin. Dentin adalah lapisan di bawah email. Struktur email gigi sangat menentukan proses terjadinya karies.
Gigi selalu dibasahi saliva secara normal. Pada proses pencernaan di dalam mulut terjadi kontak antara makanan, saliva dan gigi. Fungsi saliva adalah sebagai pelicin, pelindung, buffer, pembersih, dan anti bakteri. Jumlah dan isi saliva, derajat keasaman, kekentalan, dan kemampuan buffer berpengaruh pada karies. Saliva mampu meremineralisasi karies dini karena mengandung ion Ca, dan P. Saliva juga mempengaruhi pH dan komposisi mikroorganisme dalam plak (Mansjoer, 2001).
b. Agent (Bakteri/Mikroorganisme)
Mansjoer (2001) mengatakan ada 3 bakteri yang sering mengakibatkan karies yaitu:
1) Lactobacillus, bakteri ini populasinya dipengaruhi oleh kebiasaan makan. Bakteri ini hanya dianggap faktor pembantu karies.
2) Streptococcus, bakteri kokus gram positif ini jumlahnya terbanyak dalam mulut dan merupakan penyebab utama karie gigi karena bakteri ini mampu memproduksi senyawa glukan (mutan) dalam jumlah yang besar dari sukrosa dengan pertolongan enzim, salah satu spesiesnya yaitu Streptococcus mutans.
3) Actinomyces, semua spesies ini memfermentasikan glukosa, terutama membentuk asam laktat, asetat, dan asam format.
c. Environment (substrat)
Substrat adalah campuran makanan halus dan minuman yang dimakan sehari-hari yang menempel di permukaan gigi. Substrat ini dapat berasal dari jus, susu formula, larutan, dan makanan manis lainnya.
d. Time/waktu
Bakteri dan substrat membutuhkan waktu lama untuk demineralisasi dan progesi karies. Waktu merupakan kecepatan terbentuknya karies serta lama dan frekuensi substrat menempel di permukaan gigi. Adanya kemampuan saliva untuk meremineralisasi selama proses karies, menandakan bahwa proses tersebut terdiri atas periode perusakan dan perbaikan yang silih berganti. Sehingga bila saliva berada dalam lingkungan gigi, maka karies tidak akan menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau minggu, melainkan dalam bulan atau tahun.
2) Faktor eksternal
Selain faktor internal (faktor langsung) yang berhubungan dengan karies gigi, terdapat faktor-faktor eksternal (faktor tidak langsung) yang disebut faktor resiko luar, yang merupakan faktor predisposisi dan faktor penghambat terjadinya karies. Faktor-faktor tersebut yaitu:
a. Usia
Sejalan dengan pertambahan usia seseorang, jumlah karies akan bertambah. Hal ini karena faktor resiko terjadinya karies akan lebih lama berpengaruh terhadap gigi.
b. Jenis kelamin
Prevalensi karies gigi tetap pada wanita lebih tinggi dibanding pria. Hal ini karena erupsi gigi anak perempuan lebih cepat dibanding anak laki-laki, sehingga gigi anak perempuan akan lebih lama berhubungan dengan faktor resiko terjadinya karies.
c. Suku bangsa
Beberapa penelitian menunjukkan ada perbedaan pendapat tentang hubungan suu bangsa dengan prevalensi karies gigi. Hal ini karena perbedaan keadaan social ekonomi, pendidikan, makanan, cara pencegahan karies dan jangkauan pelayanan kesehatan gigi yang berada disetiap suku tersebut.
d. Letak geografis
Faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan ini kemungkinan karena perbedaan lama dan intensitas cahaya matahari, suhu, cuaca, air, keadaan tanah dan jarak dari laut. Telah dibuktikan bahwa kandungan fluor sekitar 1 ppm air akan berpengaruh terhadap penurunan karies.
e. Kultur sosial penduduk
Faktor yang dapat mempengaruhi adalah pendidikan dan penghasilan yang berhubungan dengan diet, kebiasaan merawat gigi dan lain-lain.
f. Kesadaran, sikap, dan perilaku individu terhadap pemeliharaan kesehatan gigi.
2.2.6 Dampak karies gigi
Jika gigi yang mengalami karies dibiarkan tidak dirawat, maka dapat menimbulkan rasa sakit/nyeri pada kavitas, demam, proses mengunyah makanan akan terganggu sehingga anak menjadi kehilangan selera makan dan akhirnya menjadi kurus. Kehilangan gigi yang terlalu dini, kemungkinan besar ke depannya anak akan membutuhkan perawatan orthodonsia (braket). Gigi susu yang berlubang dapat menyebabkan gigi tersebut goyang dan tanggal premature atau terpaksa dicabut sebelum waktunya. Jika terjadi abses atau infeksi di sekitar gigi yang mengalami karies, maka dapat berpengaruh terhadap proses tumbuh kembang gigi permanennya (Susanto, 2007).
Menurut Paramitha (2000), kelainan dan gangguan pertumbuhan gigi akan mengakibatkan terjadinya gangguan pada fungsi estetika mulut. Penampilan wajah anak akan terganggu sehingga mengurangi daya tarik. Bila kelainan gigi ini dibiarkan terus, maka secara tidak langsung akan mengakibatkan kegunaan fungsional terganggu.
2.2.7 Pencegahan
Pencegahan terhadap karies gigi harus dilakukan secepatnya. Menurut Kuntari (2008) cara yang dapat dilakukan untuk mencegah karies gigi yaitu:
1. Setelah diberi makan, bersihkan gusi anak dengan kain/lap bersih.
2. Jangan biarkan anak tertidur sambil minum melalui botol yang berisi susu formula, jus buah atau larutan manis lainnya, berikan botol hanya ketika makan saja.
3. Jika anak membutuhkan botol untuk pemberian makanan yang regular pada malam hari atau hingga tidur,beri anak botol bersih yang direkomendasikan oleh dokter gigi.
4. Hindari mengisi botol minum anak dengan larutan manis seperti air gula dan soft drink.
5. Ajari anak minum susu dangan gelas/cangkir.
6. Jika air yang akan diberikan kepada anak tidak mengandung fluor, tanyakan pada dokter gigi apa yang sebaiknya diberikan pada anak.
7. Ketika anak menginjak usia 2 tahun,ajari anak menyikat gigi 1-2 kali sehari setelah sarapan dan sebelum tidur.
8. Mulailah berkunjung ke dokter gigi sejak tahun pertama kelahiran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.