Senin, 10 Oktober 2011

Dampak Pemberian Susu Formula dengan Karies Gigi

Hubungan Lama Pemberian Susu Formula dengan Karies Gigi
Anak usia prasekolah umumnya masih banyak yang mengkonsumsi susu formula, khususnya menggunakan botol. Pemberian susu ini cenderung dibiarkan sampai anak tertidur dalam keadaan menghisap botol yang berisi susu atau kadang air gula sehingga susu atau cairan manis tersebut menggenang di sekitar maksila bagian depan. Kebiasaan minum ini bisa mengakibatkan karies gigi pada anak yang sering disebut dengan Nursing Bottle Caries, Nursing Bottle Mounth, Baby Bottle Caries, dan Early Childhood Caries (ECC) (Susilowati, 2008).
Lubang gigi ini disebabkan oleh beberapa tipe dari bakteri penghasil asam yang dapat merusak karena reaksi fermentasi karbohidrat termasuk sukrosa, fruktosa, dan glukosa. Laktosa dan sukrosa dalam sisa susu yang tergenang di mulut sepanjang malam, akan mengalami proses hidrolisa oleh bakteri plak menjadi asam (Retno, 2001). Gula pasir/sukrosa merupakan makanan penyebab utama karies dentin. Sedangkan gula laktosa dalam ASI tidak semanis gula pada sukrosa, fruktosa, dan glukosa. Tingkat kemanisan laktosa hanya seperenam kemanisan glukosa, itulah sebabnya bayi yang diberi ASI tidak mengalami karies gigi (Marimbi, 2010).

Bakteri yang sering muncul dalam plak adalah Streptococcus, dengan salah satu spesiesnya yaitu Streptococcus mutans. Bakteri Streptococcus berada dalam mulut secara anaerobic melalui enzim yang diproduksi mampu mencerna atau menghidrolisis sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa. Dari hasil metabolisme jenis gula tersebut, terbentuklah polimer rantai panjang dari glukosa dan fruktosa. Dari situlah kemudian berkembang menjadi noda pada permukan gigi. Noda-noda tersebut bersifat gel yang lengket sekali (Koswara, 2006). Streptococcus mutans berkembang dengan subur jika ada kombinasi gula, sedikit air ludah dan tingkat keasaman (pH rendah) dalam air ludah. Sebagian dari populasi ini sekitar 20% diperkirakan semakin bertambah banyak dalam suasana sangat asam yang dihasilkan bakteri (Nita, 2007).

Proses pengeroposan gigi sendiri disebabkan oleh pengaruh asam laktat, yaitu produksi hasil sampingan dari metabolisir fruktosa. Bayi dan anak kecil yang dibiasakan minum susu formula/cairan manis dalam botol sambil tidur lebih memungkinkan terjadi laju penyedotan isi botol lebih cepat dari laju penelanan, sehingga sering susu berada di dalam mulut terlalu lama (Koswara, 2006). Asam yang diproduksi tersebut mempengaruhi mineral gigi sehingga menjadi sensitive pada pH rendah. Ketika itu, proses demineralisasi menjadi lebih cepat karena menyebabkan lebih banyak mineral gigi yang luluh dan membuat lubang pada gigi (Kuntari, 2008). Permukaan gigi tampak utuh, tetapi sebenarnya lapisan di bawahnya telah larut. Demineralisasi awal tampak seperti bercak putih di gigi dan lama-lama menjadi kecoklatan (Nita, 2007).

Aliran saliva di dalam rongga mulut sebenarnya dapat membantu membersihkan asam yang menempel pada permukaan gigi. Namun ketika anak tertidur, aliran saliva secara signifikan akan berkurang dan kondisi ini akan diikuti oleh tergenangnya asam yang dihasilkan oleh fermentasi gula yang terdapat pada susu formula/larutan manis yang mengandung gula di dalam rongga mulut sehingga akan mempercepat terbentuknya karies gigi. Dan jika gigi dibiarkan tidak dirawat, maka lubang akan berkembang (Kuntari, 2008).

Hasil penelitian Drg. Yuke Yulianingsih Heriandi, MS, Universitas Trisakti tahun 2005 menunjukkan terdapat pertumbuhan karies gigi yang lebih tinggi yaitu rata-rata 39,622% pada anak balita yang mengkonsumsi makanan kariogenik, karena makanan kariogenik mengandung sukrosa 4,4 kali lebih banyak daripada makanan non-kariogenik. Dari hasil penelitian yang terdahulu yang berjudul hubungan lama pemberian susu botol dengan kejadian karies gigi pada anak TK Arafat, Semanggi, Surakarta yang dilakukan oleh Ida Ayu Komang Ari Purnamaastuti tahun 2006 menunjukkan bahwa pemberian susu formula lebih
dini akan mengakibatkan angka kejadian keparahan karies gigi yang lebih tinggi juga.
Salah satu keburukan mengkonsumsi susu formula terutama bila anak sudah balita dan pemberian susu telah dilakukan lebih dari 1 tahun adalah kemungkinan terjadinya karies susu botol. Memperpanjang waktu susu formula yang melebihi masa peralihan pemberian makanan cair ke makanan padat, akan menyebabkan karies lebih dini. Pemberian makanan pendamping ASI sebaiknya dimulai saat bayi berusia 6 bulan yang berupa makanan padat/semi padat. Kepadatan makanan yang diberikan pada bayi meningkat secara bertahap sampai mendekati usia 1 tahun (Kuntari, 2008).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.