Masalah Manajemen Kelas
Tingkah laku anak didik bervariasi. Dan variasi perilaku anak merupakan permasalahan bagi guru dalam upaya manajemen kelas. Menurut Made Pidarta, masalah-masalah manajemen kelas berhubungan dengan perilaku anak didik adalah:
1. Kurang kesatuan, dengan adanya kelompok-kelompok dan pertentangan jenis kelamin.
2. Tidak ada standar perilaku dalam bekerja kelompok, misalnya ribut, bercakap-cakap dan sebagainya.
3. Reaksi negatif terhadap anggota kelompok, misalnya ribut bermusuhan, mengucilkan, dan merendahkan kelompok bodoh.
4. Kelas mentoleransi kekeliruan-kekeliruan temannya, menerima dan mendorong perilaku anak didik yang keliru.
5. Mudah mereaksi ke hal-hal negatif/ terganggu, misalnya bila didatangi monitor, tamu-tamu, iklim yang berubah.
6. Moral rendah, permusuhan, agresif, misalnya dalam lembaga yang alat-alat belajarnya kurang.
7. Tidak mampu menyesuaikan dengan lingkungan yang berubah seperti tugas-tugas tambahan, anggota kelas yang baru, situasi baru dan sebagainya.
Mengenai masalah manajemen kelas dapat dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu masalah individual dan masalah kelompok. Meskipun seringkali perbedaan antara kedua kelompok itu hanya merupakan perbedaan tekanan saja. Tindakan manajemen kelas seorang guru akan efektif apabila ia dapat mengidentifikasi dengan tepat hakikat masalah yang sedang dihadapi, sehingga pada gilirannya ia dapat memilih strategi penanggulangannya yang tepat pula.
Lois V. Johnson dan Mary A. Bany mengemukakan enam kategori masalah kelompok dalam pengelolaan kelas. Masalah-masalah yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Kelas kurang kohesif, misalnya perbedaan jenis kelamin, suku dan tingkatan sosio-ekonomi.
2. Kelas mereaksi negatif terhadap salah seorang anggotanya. Misalnya mengejek anggota kelas yang dalam pengajaran seni suara menyanyi dengan suara sambung.
3. ”Membesarkan” hati anggota kelas yang justru melanggar norma kelompok, misalnya pemberian semangat kepada badut kelas.
4. Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang tengah dikerjakan.
5. Semangat kerja rendah. Misalnya semacam aksi protes kepada guru karena menganggap tugas yang diberikan kurang adil.
6. Kelas kurang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan baru. Misalnya gangguan jadwal antar guru kelas terpaksa diganti sementara oleh guru lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.